Atasi Stunting di Bunglai, BEM FK ULM Banjarmasin Ajarkan tentang Pernikahan Dini di SMPN 2 Aranio

  • Whatsapp
Kepsek SMPN 2 Aranio, Lien Astuti Wulandari (tengah) bersama dewan guru dan BEM FK ULM Banjarmasin foto bersama usai penyuluhan tentang pernikahan dini.(foto : nadi)

MARTAPURA (eMKa) – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin menggelar Gerakan FK Mengajar tentang Pernikahan Dini di SMPN 2 Aranio di Desa Bunglai, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel), sebagai salah satu upaya mengatasi stunting.

Ketua Gerakan FK Mengajar tentang Pernikahan Dini, Muhammad Dzaky Helmy mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memberikan pemahaman tentang pernikahan dini kepada para remaja.

“Pemahaman tentang pernikahan dini sangat penting untuk diketahui remaja karena merupakan salah satu penyebab terjadinya stunting,” katanya kepada wartawan di Bunglai, Sabtu (27/8).

Pernikahan usia dini beresiko mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah dan terkena stunting karena nutrisi si ibu tidak mencukupi selama kehamilan.

Hal tersebut disebabkan calon ibu yang masih berusia remaja, berebut gizi dengan bayi yang dikandungnya.

Melalui gerakan tersebut, ujarnya, para siswa diberikan penyuluhan tentang apa itu pernikahan dini, dampak, resiko serta hubungannya dengan stunting.

“Sebelum kegiatan penyuluhan, terlebih dahulu kita lakukan pre-test kepada para siswa seputar pernikahan dini,” ujarnya.

Pre-test dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan para siswa terkait pernikahan dini.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 2 Aranio, Lien Astuti Wulandari mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi gerakan yang dilaksanakan BEM FK ULM Banjarmasin.

“Kita sangat berterima kasih kepada BEM FK ULM Banjarmasin atas kesediaannya memberikan penyuluhan di SMPN 2 Aranio,” katanya.

Menurutnya, antusias para siswa SMPN 2 Aranio sangat besar untuk mengikuti kegiatan penyuluhan tentang pernikahan dini tersebut.

“Awalnya, penyuluhan hanya diberikan kepada siswa Kelas IX yang berjumlah 15 orang, namun ternyata siswa dari semua kelas juga tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut,” ujarnya.

Kegiatan penyuluhan akhirnya diberikan kepada seluruh pelajar SMPN 2 Aranio yang berjumlah 47 siswa.

Diharapkan, melalui kegiatan tersebut dapat menumbuhkan kesadaran para siswa tentang resiko pernikahan dini sebagai salah satu penyebab terjadinya stunting.

SMPN 2 Aranio sendiri dipilih sebagai tempat pelaksanaan gerakan Gerakan FK Mengajar tentang Pernikahan Dini, karena dari hasil kunjungan BEM FK ULM Banjarmasin sebelumnya, diketahui Desa Bunglai memiliki tingkat kasus stunting yang cukup tinggi.

Data tersebut didapatkan dari masyarakat yang kemudian dikonfirmasi dengan Kepala Desa (Kades) setempat yang membenarkan bahwa Bunglai masuk zona merah stunting di Banjar.

Informasi tersebut sesuai dengan data dari Puskesmas setempat dan pihak Kecamatan Aranio. (ra).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *